Pelajar Busan Korea Selatan Jajal Membatik, aneh-aneh saja.....
SURABAYA - Enam remaja berwajah oriental kemarin (29/1) duduk lesehan di ruang pamer Kampung Batik Jawa Timur. Masing-masing memangku kain putih berukuran sekitar 1x1 meter yang sudah diberi motif dengan pensil. Para remaja itu duduk berkelompok. Masing-masing kelompok tiga orang. Di depan masing-masing kelompok tersebut, ada satu wajan kecil berisi lilin cair. Beberapa buah canting, peralatan untuk membatik, terdapat di wajan. Lima remaja putri dan satu remaja putra itu asyik menorehkan lilin pada canting dengan hati-hati, mengikuti pola pada kain yang mereka pegang. Sesekali, terdengar ocehan dalam bahasa Korea dari mulut mereka. "Pelan-pelan. Ikuti motifnya," kata Antiek Sugiharti, kepala Divisi Kerja Sama Pemkot Surabaya, dalam bahasa Inggris. Ya, para remaja yang kemarin (29/1) berkunjung ke industri batik di kawasan Jalan Tambak Dukuh itu memang tak bisa berbahasa Indonesia. Mereka adalah rombongan pelajar dari Busan, Korea Selatan, yang tengah berkunjung ke Surabaya. Rombongan itu terdiri atas Kim Ye-Ji dan Yi Min-Ha, siswi Busan Foreign Language School; Lim Da-Som, siswi Namsung Girls' High School; Kim Tae-Woo, siswa Naesung Middle School; Park So-Yeon, siswi Yongsu Middle School; dan Jung Yu-Jin, siswa Yangdong Girl's Middle School. Bersama mereka, juga ada Park Seuk-Hwan, manajer Busan Foundation for International Activities (BFIA); Mun So-Ra, asisten manajer BFIA; dan Choi Seong-Kwon, inspektur sekolah Busan Metropolitan City of Education. Mereka tiba di Surabaya pada Kamis malam (28/1) dan dijadwalkan berada di Kota Pahlawan hingga 5 Februari. Para pelajar itu akan homestay di rumah orang tua angkat yang asli warga Surabaya. "Program ini diharapkan bisa menjadi ajang tukar menukar informasi mengenai pendidikan dan budaya buat pelajar kami," kata Park Seuk-Hwan dalam bahasa Inggris beraksen Korea yang kental. Pada hari pertama, para pelajar itu langsung dibawa ke Kampung Batik, sentra industri perajin batik binaan Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim. Di sana mereka mengamati jenis-jenis batik di Jawa Timur sekaligus belajar membuat sendiri. "Bagus sekali," kata Yi Min-Ha ketika Antiek menunjukkan ragam kain batik yang tersimpan di salah satu lemari di Kampung Batik. Acara membatik itu berubah jadi ger-geran karena para siswa tidak terbiasa dengan lilin (malam) untuk membatik yang suhunya panas. Tak jarang, teriakan khas Korea terdengar ketika ada yang keselomot canting. "Aww!" teriak Park So-Yeon sambil mengibas-ngibaskan tangannya. "Susah bikinnya, padahal kelihatannya gampang," imbuh gadis kelahiran 9 Oktober 1995 itu. Karena sempitnya waktu, kain batik yang dikerjakan para pelajar tersebut akhirnya tak tuntas. Kain-kain itu diberi nama mereka masing-masing dan diserahkan kepada staf Kampung Batik. Para pelajar itu juga ditanyai warna yang mereka inginkan untuk kain batiknya. "Staf Kampung Batik yang menyelesaikan dan memberi warna. Harapannya, nanti waktu pulang, batik yang mereka kerjakan ini bisa jadi cenderamata. Biar teman-temannya yang di sana bisa melihat," papar Antiek. Selain mengunjungi Kampung Batik, para pelajar itu kemarin diajak ke rumah kompos Bratang. Mereka juga belajar bahasa Indonesia di kantor Bagian Kerja Sama Pemkot Surabaya. Tadi malam mereka diterima secara resmi oleh Wali Kota Bambang Dwi Hartono dalam welcome dinner.
Anak INDONESIA jangan mau kalah ya.....
welcome
what's up...
putaran waktu
peterpan
best supporter, mana niech... jagoan kamu??? klik aja!!!
starleat niech....
Senin, 31 Mei 2010
KOREA SELATAN dengan BATIK
Diposting oleh fhietry ma'ruf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar